Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya memimpin High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Denpasar, Senin (17/2). (istimewa)
Denpasar, Suarabali.co.id – Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya menyebut angka inflasi Bali pada 2024 sebesar 2,41 persen (yoy) menunjukkan aktivitas ekonomi di Bali berjalan baik.
Hal itu disampaikan Mahendra saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali di Ruang Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Denpasar, Senin (17/2).
Dalam pertemuan bertajuk ‘Mewujudkan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Melalui Penguatan Lahan Pangan Berkelanjutan, Pengairan, dan Benih Unggul’, Mahendra Jaya menekankan pentingnya langkah strategis untuk menjaga inflasi sesuai target.
“Target kita berada pada rentang 2,5 persen ± 1 persen, jadi harus dijaga agar tidak melebihi batas tersebut. Inilah gunanya kita duduk bersama,” tegasnya.
Acara ini dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali R Erwin Soeriadimadja, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Ferry Irawan, Koordinator Kelompok Kerja Harga Pangan Produsen dan Konsumen Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa, serta seluruh Tim TPID Provinsi Bali.
Meskipun angka inflasi Bali lebih tinggi dibandingkan nasional, yakni 2,41 persen (yoy) berbanding 0,76 persen (yoy), namun secara umum masih tergolong moderat dalam rentang 2,5 persen. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi yang sehat serta daya beli masyarakat yang tetap baik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2024 mencapai 5,48 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 5,03 persen.
Dia juga menguraikan beberapa faktor penyebab inflasi, seperti gangguan cuaca ekstrem yang menghambat produksi dan distribusi pangan, kenaikan harga BBM, kebijakan distribusi gas LPG 3 kg, meningkatnya harga crude palm oil (CPO) dan emas global yang berdampak pada kenaikan harga minyak goreng dan perhiasan, serta perkiraan meningkatnya permintaan canang sari dan sembako pada Februari–Maret.
“Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah karena berpengaruh pada daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi Bali,” tambahnya.
Mahendra Jaya juga menegaskan supaya TPID terus mendorong pertumbuhan ekonomi Bali agar tetap positif di atas 5 persen.
“Hal ini akan mendukung daya beli masyarakat di tengah tantangan inflasi,” tandasnya, seraya mengapresiasi kerja keras TPID yang telah bekerja sama ngrombo menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi di Bali. (*)