Denpasar, suarabali.com – Pemerintah Provinsi Bali menyayangkan salah satu acara yang digagas untuk amal bagi para korban Gunung Agung dengan tarian erotis berbau pornoaksi.
Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Bali Dewa Made Mahendra Putra mengatakan, Pemprov Bali sangat prihatin dengan gelaran acara berbau pornoaksi dengan tarian erotis menyerupai orang melakukan hubungan suami isteri.
“Tarian itu bernama joged bumbung. Ini asli budaya Bali. Acara itu dikemas untuk korban pengungsi Gunung Agung. Tetapi ternyata ada unsur pornonya. Ini budaya, untuk amal, tetapi ada unsur pornonya. Kita sangat menyayangkan itu,” ujarnya di Denpasar, Jumat (24/11).
Pemerintah sangat tidak setuju dengan acara pornoaksi itu untuk kepentingan apa pun.
Pemerintah Bali berharap aparat penegak hukum segera melakukan penyelidikan terkait acara itu. Karo Humas meminta agar seluruh desa di Bali melakukan pengawasan seluruh acara joged bumbung yang berbau pornoaksi.
Menurutnya, berdasarkan prosedur dan tata cara pengumpulan uang dan barang (PUB) dari Perdirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI No 213B/LJS/12/2012 tentang Jukni Pelaksanaan PUB dijelaskan bahwa pengumpulan dana baik berupa uang dan barang boleh dilakukan oleh organisasi maupun panitia harus memperoleh rekomendasi dari Dinas Sosial kabupaten dan kota setempat. Namun pengumpulan sumbangan tersebut tidak boleh dilakukan di tempat umum dan mengganggu ketertiban umum.
Ketua Umum Dekornas Puskor Hindunesia, Ida Bagus Ketut Susena mengaku, organisasinya langsung membuat surat terbuka dengan tembusan ke berbagai pihak di antaranya Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Gubernur Bali, DPRD Bali, Kapolda Bali dan sebagainya.
Dalam surat terbuka itu, pihaknya mendesak agar Joged Bumbung dari kesenian Bali asli diselamatkan dari berbagai upaya pornoaksi dan erotis lainnya.
Ia berharap agar kewenangan pembinaan dan pengawasan terhadap seni yang berkembang di Bali hendaknya menjadi agenda rutin Disbud, agar tidak terkesan lambat dan tidak ada gerakan.
“Kami, dari relawan Dharma Puskor Hindunesia, akan siap berkoordinasi untuk menyebarkan informasi kepada pihak-pihak yang secara sengaja mengundang joged “porno” ini untuk pentas di manapun. Seni dan Budaya Bali adalah kekayaan yang tak ternilai yang menjadi keunggulan Bali dalam kancah peradaban dunia yang tetap lestari,” tegasnya.
Dalam acara amal itu, tarian ini dipakai untuk hal erotis, berbau pornoaksi. Aksi memalukan itu viral di media sosial. Penarinya wanita, menarik penonton pria.
Lalu sang pria yang masih mengenakan busana ala motorcros itu melakukan gerakan berhadapan layaknya seperti hubungan suami isteri. Sementara pasangan lainnya bergaya seperti hubungan suami isteri dari belakang.
Aksi ini menjadi viral dan mendapat kecaman dari banyak pihak. Sontak tayangan video dan photo yang diunggah oleh pemilik akun #Arta Wan# di Facebook mendadak jadi viral dan bikin gerah warga di Bali. Dalam akun ini tidak dijelaskam di mana lokasi pertunjukan jogeg bungbung porno yang ditayangkannya.
Namun diduga acara tersebut digelar untuk memeriahkan even motorcros atau sejenisnya untuk kepentingan amal korban Gunung Agung. Dalam tarian tersebut dibawakan oleh tiga penari dan jika dilihat dari cuaca direkam saat siang hari. Bahkan terekam ada anak-anak ikut menonton.
Pada akunnya pertama diunggah pada tanggal 20 Nopember pukul
13.10 WITA dan yang kedua pada tanggal yang sama, namun jam yang berbeda yakni jam 18.47 WITA.
Dalam unggahan poto dan video joged bungbung tersebut, nampak salah seorang penari berpakaian penari jogeg bungbung secara lengkap diiringi gamelan dan dikerumuni pengibing laki-laki.
Aksi porno layaknya melakukan hubungan suami istri ditonjolkan dalam rekaman dan beberapa foto yang dipasanganya.
Sejak photo dan video tersebut diunggah oleh akun “Arta Wan” reaksi para netizen sangat banyak bahkan mencapai ratusan. Namun keseluruhan netizen yang berkomentar mencaci maki pertunjukan tersebut.
Termasuk mencaci maki yang telah mengungah photo dan video tersebut. Bahkan sejumlah netizen dengan tegas dan menggunakan kata-kata kotor yang ditujukan kepada pengunggah meminta bertanggungjawab atas unggahan tersebut.
Bahkan sejumlah netizen juga meminta aparat kepolisian untuk menelusuri video yang telah mencoreng citra seni dan budaya tersebut dan menangkap penyebar atau pengungahnya serta memproses sesuai hukum yang berlaku. (Ade/Tjg)