Bangli, suarabali.com – Pasca meningkatnya aktifitas Gunung Agung yang berimbas pada ditutupnya lokasi galian batu gunung di Karangsem sangat berpengaruh terhadap kerajinan batuhitam khususnya kerajinan membuat tempat sembahyang seperti candi, padmasana, ulun karang, tembok penyengker di Desa Bunutin, Bangli.
Kini satu demi satu mulai tumbang akibat kekurangan bahan baku. Hal itu disebabkan pasokan batu gunung agung sulit didapat, menyusul harganya yang naik. Disamping itu bahan dasar seperti batu gunung juga sulit dan mahal harganya.
Seperti Pengerajin batuhitam di Dusun Bunutin, I Nengah Darsa mengatakan, semenjak Gunung Agung dinaikkan statusnya dari level tiga siaga ke level empat awas, pada Jumat (29/9) lalu waspada ke level siaga pasokan bahan baku batu hitam mengalami kelangkaan, akibatnya kini usaha batu itu tengah kembang kempis, jika keadaan masih seperti ini maka akan sangat sulit melanjutkan usaha, terpaksa 8 orang pekerja akan dirumahkan,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, saat harga batu hitam asal Karangsem kini telah mencapai Rp 11 juta, sementara sebelumnya dirinya mengaku hanya membeli seharga Rp 8,5 juta.
“Kenaikan harganya mencapai 30 persen lebih. Kita dibuat bingung jadinya jika ada yang mau memesan,sementara ini cuma menyelesaikan pesanan yang sudah diterima”jelasnya
Terkait langkanya bahan baku, jelas dia, pihaknya mengaku selektif menerima order. Artinya, sebelum menyanggupi order harus melakukan kroscek terhadap pasokan bahan baku.
“Kita takut setelah terima order, tahu-tahunya bahan baku tidak ada. Kasihan konsumennya, karena mereka dikejar deadline, apalagi yang membangun menggunakan dana bantuan pemerintah,” bebernya.
Sementara pantauan di bengkel kerja milik Nengah Darsa, perajin yang jumlahnya sekitar 8 orang tampak sibuk bekerja. Mereka kini tengah dikejar dealine untuk penuntasan order berupa bangunan bale kukul. “Kita tengah mengerjakan order berupa dua buah bangunan bale kulkul yang berukuran sekitar 2,5 meter persegi. Sementara bahan baku kita stoknya makin menipis,”jelasnya. (Dearna)