Surabaya, suarabali.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur menyatakan perang terhadap difteri. Komitmen ini tercermin pada rapat koordinasi Gubernur Jawa Timur dengan Sekretaris Jenderal Kemenkes di Surabaya, Rabu (17/1/2018)
Rakor tersebut dihadiri seluruh bupati dan walikota, para kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kepala Bappeda, kepala Keuangan, BPKD, dan Direktur Rumah Sakit se-Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan optimisme Jatim untuk dapat mengendalikan KLB difteri.
Seperti diketahui, kasus difteri di Indonesia paling banyak ditemukan di Provinsi Jawa Timur. Jumlahnya mencapai 48 persen. Penemuan kasus difteri secara dini ini menunjukan kinerja surveilans di Jawa Timur sangat baik, sehingga kasus dapat ditangani secara dini.
Sekjen Kemenkes Untung Suseno Sutarjo mengapresiasi upaya Pemprov Jatim untuk menyukseskan ORI Difteri. Menurut dr. Untung, ORI penting dalam penanggulangan KLB difteri di Jawa Timur untuk memutus mata rantai penularan dan memberikan kekebalan dan membentuk herd immunity di masyarakat.
“Daerah di Pulau Jawa sangat berisiko terjadinya KLB difteri, karena kepadatan penduduk dan tingginya mobilitas penduduk,” ungkap dr. Untung.
Pada program jangka panjang, Untung menambahkan, Pemda diharapkan menyosialisasikan ke seluruh masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin. “Tidak cukup hanya pada waktu bayi, karena tingkat perlindungan turun saat anak usia Balita (bayi usia lima tahun). Sehingga, harus diberikan imunisasi ulang pada saat usia Baduta (bayi usia dua tahun) dan saat sekolah,” jelas dr. Untung.
Pada kesempatan tersebut, dr. Untung mengingatkan pentingnya coldchain yang sesuai standar untuk menjaga kualitas vaksin. Selain itu, petugas imunisasi yang sudah dilatih di tingkat Puskesmas maupun Pustu agar jangan terlalu cepat dipindah.
Dalam kegiatan ORI, Kementerian Kesehatan menyediakan logistik vaksin kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terdampak difteri. Dalam hal ini, PT Biofarma selaku penyedia vaksin telah mengutamakan kebutuhan dalam negeri untuk pelaksanaan ORI dan mengurangi ekspor ke negara lain.
Gubernur Jawa Timur Sukarwo mengakui, ada anomali di Provinsi Jawa Timur. Di satu sisi, Jawa Timur memiliki data demografi dan prestasi pembangunan yang bagus dan baik. Namun, di sisi lain ada masalah kesehatan yang muncul, termasuk KLB difteri.
Pada pertemuan tersebut, Gubernur mengajak semua Bupati dan Walikota agar menyukseskan kegiatan ORI difteri tahun 2018. Gubernur mengimbau seluruh Bupati dan Walikota menyatakan KLB difteri di daerahnya, sehingga dana darurat yang ada di Pemda dapat digunakan untuk membiayai kegiatan penanggulangan KLB difteri (ORI).
Selanjutnya, Gubernur akan membuat pernyataan KLB Provinsi Jawa Timur apabila seluruh Bupati dan Walikota menyatakan KLB, sehingga dana darurat yang ada di Provinsi juga dapat digunakan untuk kegiatan ORI.
“Provinsi akan membuat Posko, menyediakan tenaga yang dibutuhkan, demikian juga kabupaten dan kota,” tegasnya.
Prof. Ismoedijanto yang hadir dalam Rakor ini mengingatkan kembali soal difteri. Difteri terjadi karena adanya immunity gap di masyarakat. “Jalan agar kita terhindar dari KLB ini adalah meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada bayi, Baduta maupun anak sekolah,” jelasnya.
ORI di Jatim untuk putaran pertama akan dilaksanakan mulai Februari 2018. Diperkirakan sasaran ORI mencapai 10,7 juta anak usia 1 tahun sampai 19 tahun. Vaksin ORI akan dikirimkan ke Jatim pada pekan keempat Januari 2018. Adapun kebutuhan dana mencapai Rp 89 miliar akan ditanggung bersama antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. (Sir)