DENPASAR, suarabali.co.id – Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra Pemerintah Provinsi Bali menggeser distribusi elpiji 3 kilogram. Upaya itu dilakukan menyikapi dampak dari kelangkaan gas subsidi selama sepekan terakhir
“Dua hari lalu sudah dilakukan penggeseran-pergeseran,” kata dia pada Jumat (31/5/2024).
Sejak sepekan terjadi kelangkaan elpiji 3 kilogram di perkotaan, bahkan harganya menembus Rp30.000 di pengecer, dari HET semestinya Rp18.000.
Pemprov Bali mengatur distribusi di daerah permintaan relatif lebih kecil yang kuota masih sisa digeser. Denpasar dan Badung menjadi dua wilayah kebutuhan gas elpiji 3 kg tertinggi.
Untuk itu, kata dia, sejak 2 hari lalu dua kabupaten/kota tersebut menerima tambahan dari kabupaten lain, sembari Pemprov Bali melakukan komunikasi ke Kementerian ESDM dan Hiswana Migas untuk membantu menata kembali penyaluran gas.
“Penduduk di sini (Denpasar dan Badung,-red) lebih banyak, aktivitas perekonomian paling kompleks dibandingkan dengan di wilayah-wilayah lain,” ujarnya
Dia menjelaskan pergeseran ini terus berlangsung, dua hari lalu sudah di wilayah Denpasar sampai ke Ubud sudah dilakukan pergeseran-pergeseran.
“Kemarin juga sudah, mudah-mudahan ke depan kekurangannya itu bisa kami kita atasi,” ujarnya.
Pihaknya sudah mengawasi dan memantau dimana ia melihat masyarakat masih banyak membeli di pengecer bukan di pangkalan.
Meski harga melonjak tajam, masyarakat tetap menyanggupi harga sehingga pengecer berani menjual dengan harga tersebut.
“Harga yang tinggi itu di warung-warung, kalau harga di pangkalan, agen, sesuai dengan peraturan gubernur, iya ini (Rp30.000) harga tertinggi tapi tidak semua daerah, hanya di daerah-daerah yang langka,” tambahnya