Denpasar, suarabali.com – Dinas Kebudayaan Kota Denpasar kembali menggelar lomba ogoh-ogoh antar Seka Teruna se-Kota Denpasar. Lomba ini digelar untuk menyambut hari suci Nyepi Caka 1940 tahun 2018,
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar IGN Bagus Mataram mengatakan kegiatan tersebut merupakan wujud komitmen Pemkot Denpasar dalam memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk menunjukan kreatifitasnya.
Menurut Mataram, Denpasar sebagai kota berwawasan budaya sesuai dengan misinya, yakni memberdayakan masyarakat dengan berlandaskan lokal genius melalui budaya kreatif.
Untuk menunjang misi tersebut, salah satunya dengan melaksanakan lomba ogoh-ogoh antar sekaa teruna ini. “Sebagai kota berwawasan budaya tentunya lomba ogoh-ogoh ini salah satu kegiatan ekonomi kreatif sesuai dengan misi Kota Denpasar sebagai kota kreatif yang berwawasan budaya unggulan,” ungkapnya, Jumat (19/1/2018).
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Made Wedana mengatakan pelaksanaan lomba ogoh-ogoh tahun ini sama seperti tahun sebelumnya. Ogoh-ogoh yang hendak mengikuti lomba wajib menggunakan bahan yang ramah lingkungan seperti ulatan, kayu, bambu, kertas bekas, dan lain sebagainya. Sehingga, tidak dibenarkan menggunakan styrofoom/gabus dan spons sebagai bahan utama pembuatan ogoh-ogoh. Sementara untuk kerangka ogoh-ogoh atau konstruksi boleh menggunakan besi.
“Tidak boleh menggunakan styrofoom/gabus, sedangkan untuk karet sandal dan kawat jaring dapat digunakan pada bagian aksesoris,” jelas Wedana.
Dalam pelaksanaan lomba kali ini, karya ogoh-ogoh yang dilombakan wajib bertemakan Bhutakala. Pendaftaran sedianya akan dibuka mulai 22 Januari sampai 22 Februari 2018. Untuk penilaian lomba ogoh-ogoh sedianya akan dilaksanakan pada 6-9 Maret 2018 yang dimulai dari Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Utara, Denpasar Selatan dan terakhir di Denpasar Timur.
Dari lomba tersebut nantinya terdapat 32 pemanang dengan komposisi delapan sekaa di masing-masing kecamatan dan berhak mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 10 juta. Kendati demikian, sekaa yang sudah pernah mendapatkan nominasi selama dua tahun berturut-turut akan disidit atau tidak diikutsertakan dalam penilaian.
“Yang sudah dua kali berturut-turut menjadi nominasi tidak diikutkan dalam penilaian di tahun berikutnya. Ini untuk memberikan peluang kepada peserta lainnya, sehingga kesenian khususnya ogoh-ogoh terus berkembang,” ujar Wedana.
Adapun aspek yang menjadi poin penilaian, yakni meliputi komposisi, kreatifitas, ekspresi dan yang paling penting adalah ketaatan dalam penggunaan bahan ramah lingkungan. Untuk 32 nominasi tersebut nantinya akan dikembalikan kepada Desa Pakraman untuk bersama-sema melaksanakan malam pangerupukan.
Untuk menjaga kondusifitas keamanan dan mempertahankan kearifan lokal dalam menyambut hari suci Nyepi Caka 1940 tahun 2018, Mataram menegaskan agar musik pengiring ogoh-ogoh menggunakan alat musik tradisional seperti baleganjur, tektek, dan kesenian lainnya. Khusus untuk penjagaanya, wajib melibatkan pecalang desa.
“Jadi, wajib menggunakan alat musik tradisional. Jangan sampai menggunakan sound system, itu bukan kebuadayaan asli Bali,” pungkasnya. (Dsd/Sir)