Denpasar, suarabali.com – Cuaca buruk dan tingginya curah hujan membuat para petani padi di Bali gagal panen. Akibatnya, harga beras di Pulau Dewata ini melambung sejak dua pekan silam.
“Saya harap Bulog segera melakukan operasi pasar, karena harga beras naik terus,” kata Nyoman, pemilik Toko Beras Sari Limo di Denpasar, Selasa (12/12/2017).
Saat ini, menurut Nyoman, harga semua jenis beras mengalami kenaikan. Beras Pis Bolong 25 kg, misalnya, saat ini dijual Rp 272.500 per sak. Beras Polos Biru dan Polos Hijau 25 kg dijual Rp 250.000 per sak.
Beras Putri Sejati yang sebelumnya dijual seharga Rp 225.000 per sak, kini seharga Rp 275.000 per sak atau naik Rp 50.000 per sak. Sedangkan Beras Ratu 25 kg dijual seharga Rp 271.500 per sak dan Beras Super Mama 25 kg dijual seharga Rp 272.500 per sak.
“Semuanya beras yang dijual 5 kg,10 kg sampai 25 kg mengalami kenaikan harga. Seperti Putri Sejati, kenaikan harganya hingga Rp 50 ribu per sak,” imbuhnya.
Menurut Nyoman, kenaikan harga beras disebabkan musim hujan. Banyak daerah dilanda banjir, sehingga petani gagal panen. Selain itu, tukang slip beras juga tidak dapat membeli gabah untuk diselip, sehingga harga melonjak.
“Di toko saya selalu ada stok. Kenaikan ini tidak ada pengaruhnya terhadap penjualan. Barang di toko terus keluar masuk,” jelasnya.
Ni Made Prami, pedagang sembako, mengatakan banyak pembeli yang mengeluhkan kenaikan harga beras. Di warungnya, kata dia, Beras Putri Sejati saat ini dijual Rp 12 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 11 ribu per kilogram. Beras Polos Biru yang sebelumnya seharga Rp 10 ribu per kilogram naik menjadi Rp 11 ribu per kilogram.
Sementara Beras Putri Sejati 10 kilogram saat ini dijual seharga Rp 115 ribu dari sebelumnya Rp 110 ribu. Beras Ratu 5 kilogram kini dijual seharga Rp 60 ribu dari sebelumnya Rp 55 ribu. “Banyak pembeli yang kaget dengan kenaikan harga beras ini,” katanya.
Kenaikan harga beras tersebut tentunya berimbas pada harga makanan berbahan beras. Raditya, pedagang nasi campur, mengaku terpaksa menaikkan nasi bungkus dagangannya dari sebelumnya Rp 3 ribu per bungkus menjadi Rp 4 ribu per bungkus.
“Saya mengurangi pembelian beras. Biasanya saya membeli per sak, sekarang saya hanya beli 10 kilogram untuk jualan nasi. Semoga harga beras cepat turun,” harapnya. (Mkf/Sir)