Denpasar, suarabali.com – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir mengatakan Indonesia tidak perlu khawatir dengan hadirnya perguruan tinggi (PT) asing bila didirikan di Indonesia. Menristek Dikti menyampaikan hal itu saat ditemui di Kampus STIKOM Denpasar, Jumat (2/2/2018).
Menurut dia, rencana hadirnya perguruan tinggi asing di dalam negeri tak jauh berbeda prosesnya dengan keberadaan perguruan tinggi di dalam negeri. Dia percaya kehadiran perguruan tinggi asing di Indonesia akan meningkatkan daya kompetitif perguruan tinggi di dalam negeri.
“Apa yang harus kita takuti, tidak ada. Justru dengan adanya perguruan tinggi asing, kita bisa berkompetisi dengan lebih baik,” kata Nasir.
Kebijakan perguruan tinggi asing di Indonesia sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang mengamanatkan perguruan tinggi asing diperkenankan menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dalam negeri.
“Tujuannya, agar perguruan tinggi kita meningkatkan kualitasnya. Ini peluang yang harus ditangkap. Jadi, nanti perguruan tinggi itu harus berkolaborasi dengan perguruan tinggi lokal,” jelas Nasir.
Nantinya pemerintah akan menentukan kriteria perguruan tinggi asing yang dapat menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya, sebut Nasir, perguruan tinggi asing yang akan masuk ke Indonesia harus perguruan tinggi bonafid.
“Harus punya reputasi, tidak boleh yang ecek-ecek, sederhana begitu. Jangan sampai kita memasukkan sampah ke Indonesia. Tapi, kita mau masukkan emas ke Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, nantinya akan ditentukan dimana saja perguruan tinggi asing itu dapat menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia.
“Nanti ditentukan lokasinya dimana bisa diselenggarakan kerja sama itu. Lokasinya harus ditetapkan,” katanya.
Selain itu, program studi yang ditawarkan dalam kerja sama itu juga harus ditentukan. “Program strudi harus dapat persetujuan dari kementerian. STIKOM Bali ini bisa salah satunya. STIKOM Bali punya peluang besar,” papar Nasir.
Kendati begitu, Nasir belum bisa menentukan berapa banyak perguruan tinggi asing yang akan masuk ke Indonesia menjalin kerja sama. “Fix-nya berapa, kita belum bisa menentukan. Tapi, ada beberapa perguruan tinggi dari Australia dan Inggris yang punya reputasi cukup bagus sudah berkomunikasi dengan kita,” ungkapnya.
Menurut Nasir, hal itu akan menguntungkan SDM Indonesia. Tidak ada perguruan tinggi Indonesia yang masuk dalam daftar 200 perguruan tinggi kelas dunia. Perguruan tinggi Indonesia sekarang berada di peringkat 500 perguruan tinggi dunia.
“Nah, bagaimana agar ini bisa masuk menjadi 200 perguruan tinggi berkelas dunia, salah satunya dengan cara berkolaborasi dengan perguruan tinggi asing agar mutu pendidikan kita bisa lebih baik,” tambah Nasir.
Sementara STIKOM Bali, menurut Nasir, adalah kampus yang mengembangkan komputer. Sekarang komputer sudah menjadi revolusi industri yang keempat, yakni Cyber Fisic System. STIKOM sudah mengembangkan program studi yang sesuai dengan zamannya.
Nasir juga mendengar di STIKOM Bali, kegiatan kuliah bukan face to face, tetapi sistem perkuliahan yang menggunakan online learning.
“Saat ini semua HP menggunakan komputer. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus menghadapi itu. Saatnya toko-toko berkembang bukan secara fisik, tetapi semuanya online,” ujarnya.
Saat ini sudah ada 51 PT di Indonesia yang kuliah online. Jumlah itu akan terus bertambah setiap tahunnya. (Ade/Sir)