Gianyar, suarabali.com – “What’s in a name?” kata William Shakespeare. Pernyataan penyair yang juga aktor asal Inggris itu rasanya tidak relevan lagi dipertanyakan. Sebab, bagi orang yang bernama Agus, nama justru mengandung banyak makna dan faedah.
Berkat nama pula, belasan ribu orang yang bernama Agus di seluruh Tanah Air bersatu dalam satu wadah organisasi: Agus Agus Bersaudara (AAB) Indonesia. Komunitas ini kali pertama dicetuskan oleh Agus Mulyadi dari Sukabumi, Jawa Barat.
Dengan memanfaatkan media sosial facebook, Agus Mulyadi mengajak setiap orang yang bernama Agus berhimpun dalam satu wadah organisasi, yang kemudian diberi nama Agus Agus Bersaudara (AAB) Indonesia. Kini, anggota komunitas ini sudah mencapai belasan ribu orang.
Untuk memudahkan koordinasi, sub-organisasi AAB Indonesia pun dibentuk di berbagai daerah. Kepengurusan di daerah disebut Dewan Agus Daerah (DAD). Khusus di Bali, AAB Indonesia DAD Bali mulai terbentuk pada 5 Februari 2016.
Kini, DAD Bali dinakhodai oleh Agus Nurjaman sebagai ketua, Agus Sanjaya (sekretaris), Agus Sujatmiko (bendahara), dan Agus Sanitiyo (penasehat).
“Saat ini, anggota DAD Bali yang memiliki kartu identitas anggota (KIA) sudah mencapai 100 orang. Namun, yang tergabung dalam grup facebook-nya mencapai 1.000 orang lebih,” kata Agus Nurjaman, Ketua Dewan Agus Daerah (DAD) Bali, saat ditemui suarabali.com di Gianyar, Minggu (14/1/2018).
Agus Nurjaman menjelaskan, sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), komunitas Agus Agus Bersaudara fokus pada kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Khusus DAD Bali, belakangan ini gencar memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah.
Beberapa waktu lalu, misalnya, DAD Bali menyalurkan bantuan berupa sembako dan kebutuhan lainnya kepada para korban bencana longsor di Songan, Kintamani. Bantuan serupa juga mereka berikan kepada para pengungsi erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali.

Yang terbaru, komunitas yang dipersatukan kesamaan nama ini memberikan bantuan kepada Putu Agus Setiawan, penyandang keterbatasan fisik (difabel) berprestasi, di Dusun Yehanakan, Desa Banjarasem, Kecamatan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu (14/1/2018).
“Banyak manfaat yang didapatkan dalam organisasi komunitas ini. Kita menjadi punya banyak saudara,” tutur Agus Nurjaman.
Hampir setiap hari, anggota komunitas ini sering berkumpul di Sekretariat DAD Bali di Jalan Tukad Citarum, Gang FX No.1-E, Panjer, Denpasar Selatan. Di tempat inilah mereka menggodok program-program kerja yang akan diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat. “Biasanya, kami sharing pendapat, ide, gagasan di sekretariat DAD Bali, katanya.
Menyinggung momen Pilkada 2018 di Bali, Agus Nurjaman menegaskan komunitas DAD Bali tidak terlibat dalam politik praktis. Artinya, DAD Bali secara organisasi tidak mendukung salah satu pasangan calon kepala daerah, baik di Pilkada kabupaten maupun Pilgub Bali.
“Sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) DAD Bali, kami tidak boleh terlibat politik praktis secara organisasi. Kami akan tetap fokus pada kegiatan-kegiatan sosila, seni, dan budaya,” tegas Agus Nurjaman. (Tjg/Sir)