Badung, Suarabali.com – Penumpukan sampah di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung Bali, kembali terjadi. Hal ini, terhajadi akibat musim angin barat, dan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga hanyut ke laut dan berserakan memenuhi pasir putih di sepanjang pantai kawasan Badung Bali.
Menumpuknya sampah sudah terjadi sejak bulan November 2017. Terhitung dari bulan tersebut sampah sudah masuk ke dalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwumg Denpasar mencapai 4000 ton lebih. Namun, sampah kiriman terus berdatangan karena musim angin barat dan hujan belum usai.
Gede Dwipayana sebagai Koordinator Lapangan Unit Reaksi Cepat (UCR) dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, menerangkan untuk persoalan sampah masih terus ditangani di kawasan Badung Bali.
“Sementara kita pakai manual dulu. Karena setiap hari disana (Kedonganan) kita terus kerjakan. Juga kebetulan untuk alat beratnya masih di pakai di wilayah Kuta, Legian dan Seminyak yang juga lumayan parah, ” ucapnya saat di konfirmasi. Selasa (30/1/2018).
Untuk banyaknya sampah di wilayah Kuta, Legian, Seminyak hampir merata. Namun hanya berbeda tipe saja, jika di Kuta hanya rantin-ranting kayu, kalau di Kedonganan itu kebanyakan sampah plastik.
“Sebenarnya masi darurat sampah, kemungkinan ini akan berakhir di akhir bulan Maret atau awal April. Untuk personil 700 orang dari ujung Utara sampai Selatan wilayah Badung untuk membersihkan sampah. Namun untuk 700 personil itu masih kekurangan apalagi untuk alat berat,” jelasnya.
Dwipayana juga menjelaskan, untuk banyaknya sampah di bulan Januari ini, masih belum di kalkulasi tetapi jika di data bulan November sudah mencapai 4000 ton lebih. Terjadinya hal itu karena dampak angin kencang yang kini melanda wilayah Bali.
“Di tahun 2014, kita punya data 5300 ton sampah. Kalau kita lihat tahun ini, sudah mencapai 4000 ton, itu pun masih bulan November, sepertinya akan melewati. Untuk saat ini, kita masih bekerja sesuai SOP, sampahnya datang iya kita bersihkan. Untuk soal kedepannya itu urusan pimpinan mau melobi untuk alat atau tenaga bantuan itu kebijakan pimpinan,” jelasnya.
Namun Dwipayana juga berharap, dengan fenomena sampah kiriman ini seluruh elemen masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) harus ikut perduli.
“Sebagai, warga lokal yang mempunyai pantai, perdulilah untuk ikut membersihkan sampahnya. Kalau dicicil sedikit-sedikit lumayan juga untuk mengurangi beban kita juga, harus aktif gotong royong. Karena selama ini mereka jarang turun, mereka turun kalau kondisi sudah normal dan bersih baru ikut kegiatan seperti itu,” pungkasnya. (Mkf)