Karangasem, suarabali.com – Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengunjungi Pos Pantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (22/12/2017).
Kunjungan tersebut bertujuan untuk memastikan kondisi Gunung Agung terkait persiapan perhelatan akbar Annual Meetings Internasional Monetary Fund – World Bank Gorup 2018 (AM 2018) yang akan digelar di Nusa Dua Bali pada 8 – 14 Oktober 2018.
Kepada para awak media, Luhut mengatakan berdasarkan laporan dan hasil rapat di Jakarta menyatakan zona bahaya erupsi Gunung Agung hanya radius 8 sampai 10 kilometer. Luhut sudah membuat simulasi komputer yang mengacu pada letusan Gunung Agung tahun 1963 dan hasil pengamatan secara saintifik, angin selalu bertiup ke arah timur tenggara.
“Sehingga, area Denpasar kecil peluangnya terkena erupsi Gunung Agung. Walaupun kemarin ada yang bertiup ke barat daya. Bulan Oktober tahun 2018 angin juga cenderung ke arah timur-tenggara. Jadi, peluang berbahaya kepada orang di Denpasar, apalagi ke arah Nusa Dua yang jaraknya 73 kilometer, itu hampir tidak ada,” ucapnya.
Untuk penutupan Bandara I Gusti Ngurah Raih, menurut Luhut, kecil kemungkinan terjadi. Namun, kata dia, hal itu bisa terjadi jika arah angin berubah. Mengacu pada erupsi Gunung Agung pada November yanga lalu, Luhut mengaku sudah membuat kontigensi untuk kemungkinan terburuk.
“Setelah kita belajar tentang erupsi kemarin itu, bisa kita buat kontigensi untuk itu. Jadi, tidak ada yang perlu ditakuti kalau turis ke Bali. Namun, Denpasar bisa saja tertutup bukan karena Gunung Agung, tetapi Gunung Kelud juga bisa. Karena, pengalaman bulan yang lalu, saat Gunung Kelud keluar asap sempat juga menutup lapangan Bandara I Gusti Ngurah Rai,” paparnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, Luhut sudah membuat kontigensi bandara lain, seperti bandara di Banyuwangi yang sudah diperbaiki dan Bandara Juanda Surabaya sebagai alternatif. Selain itu, Luhut juga menjelaskan letusan Gunung Agung tidak akan besar seperti tahun 1963.
“Sebenarnya, kami sudah menghitung kemungkinan yang paling jelek. Ledakan seperti Gunung Agung pada tahun 1963, itu sulit terjadi. Karena saat ini energinya (Gunung Agung) keluar terus. Karena pada waktu itu, (Gunung Agung) seratus tahun energinya tidak keluar sehingga ledakannya besar sekali,” katanya.
Lebih jauh lagi, Luhut mengatakan Presiden Joko Widodo memerintahkan kegiatan AM 2018 yang diusulkan di Bali tidak akan berubah dan tetap digelar di Nusa Dua.
“Presiden memenrintahkan bahwa kegiatan pemerintahan tidak diubah-ubah. Kami juga sudah mengelurkan surat ederan mengenai keadaan Gunung Agung. Ibu Srimulayani juga sudah berkomunikasi dengan World Bank dan IMF bahwa di sini tidak ada masalah. Semua rencana untuk persiapan AM 2018 tidak ada perubahan sama sekali,” ungkapnya.
Ketika ditanya kenapa harus Bali yang menjadi tuan rumah AM 2018? Luhut mengatakan, untuk membuat Bali lebih populer dan meningkatkan pariwisata.Menurut dia, sampai saat ini pemerintah tidak akan memindahkan kegiatan AM 2018 ke tempat lain.
“Alasannya, agar Bali tambah terkenal dan dapat 17 ribu orang (wisatawan). Semua Menteri Keuangan dan Gubenur Central seluruh dunia ada di sini. Ini mebuat Bali tambah populer. Kita tidak terpikir untuk memindahkan,” ujarnya. (Mkf/Sir)