• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Sabtu, 21 Juni 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Nasional

KLB Campak Dicabut, Kemenkes Fokus ke Program Pemenuhan Gizi Keluarga

by
Februari 6, 2018
in Nasional
0
KLB Campak Dicabut, Kemenkes Fokus ke Program Pemenuhan Gizi Keluarga

Ilustrasi. (Ist)

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

Agats, suarabali.com – Walaupun status kejadian luar biasa (KLB) campak di Kabupaten Asmat sudah dicabut pada Senin (5/2/2018), tetapi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tetap fokus mengoptimalkan pelayanan kesehatan serta edukasi tentang pemenuhan gizi keluarga di kabupaten tersebut.

Senin (5/2/2018) sore di Kampung Kaye, Agats, Kabupaten Asmat, misalnya, sekitar 100 anak, bayi, dan balita berkumpul di balai kampung. Nampak pula beberapa ibu hamil yang ingin memeriksakan diri.

Related posts

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Februari 28, 2025
Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Februari 28, 2025

“Kegiatan screening gizi ini diadakan sebulan sekali, tiap tanggal 8 dan bergiliran dilakukan di tiga kampung yang kami naungi,” kata Kepala Puskesmas Agats Nathan Rias, SKM, Selasa (6/2/2018).

Kegiatan rutin tersebut dipadu dengan program pemantauan 1.000 hari pertama kelahiran secara optimal. Terdapat 8 posko di beberapa distrik menyediakan sarapan bergizi seimbang setiap hari.

“Cara ini kami lakukan agar asupan nutrisi ibu hamil terjaga dan bayi yang dilahirkan sehat tanpa malnutrisi,” jelas Nathan seperti dikutip dari laman kemkes.go.id.

Keberadaan program pemantauan dan pemenuhan gizi tersebut terbilang komprehensif, lantaran terdapat empat pos, mulai dari penimbangan berat badan, ukur lingkar lengan, cek status gizi keluarga hingga pemberian biskuit PMT balita, anak sekolah serta ibu hamil.

Kebermanfaatan screening gizi keluarga diapresiasi warga Asmat. Seperti diungkapkan warga Kampung Kaye, Isaac Marwoto dan Evelyn Manem. Pasangan suami-istri yang dikaruniai lima anak laki-laki ini rutin mengikuti screening gizi.

Ternyata, Christian (3 tahun), satu dari putranya teridentifikasi bergizi kurang baik. Dokter spesialis anak dari tim Flying Health Care (FHC) Kemenkes, Ali Alhadar, menyarankan agar asupan makanannya diperbaiki. “Bisa mulai ditambahkan minum susu agar berat badannya cepat bertambah,” ujar Ali.

Isaac pun mengakui anaknya hanya senang makanan instan seperti mi dan snack. Beruntung, satu anak yang berusia setahun masih menyusui secara ekslusif dari sang ibu. Ekonomi yang sulit membuat asupan pangan keluarga ini hanya nasi, dan terkadang mendapat lauk, ikan atau kepiting dari hasil memancing.

Screening gizi, menurut Isaac, mudah dijangkau, baik dari segi lokasi maupun untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan anak-anaknya.

“Sebenarnya kami sangat berharap ada spesialis anak untuk membantu warga kampung. Tapi, biskuit PMT yang disalurkan Kemenkes sangat membantu anak-anak kami,” ujarnya.

Dokter spesialis anak lainnya, Cut Nur Hafifah, mengatakan model pendekatan keluarga cocok diterapkan dalam pemulihan tingkat gizi keluarga. Rata-rata status gizi di Kampung Kaye sudah membaik. Tapi, ada pola saat anak berumur 0-4 bulan, status gizinya masih baik karena masih diberi ASI. Namun, saat 9 bulan, mereka hanya dikenalkan makan nasi kosong yang penuh karbohidrat.

Yang dibutuhkan saat ini, ujar Cut, Kemenkes menyebarkan pengetahuan tentang makanan pendamping ASI melalui pendekatan keluarga. Selain itu, program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) pun diusulkan agar dapat diberdayakan untuk program jangka menengah dan jangka panjang.

Langkah selanjutnya, memberikan pengetahuan olah pangan lokal seperti daun singkong, pisang, ubi-ubian, ikan, dan kepiting menjadi sumber nutrisi bergizi seimbang. “Asmat masih butuh pendampingan dibantu kader kesehatan dari warga lokal untuk membantu sosialisasi,” ujar Cut. (Sir)

Previous Post

Wagub Sudikerta Hadiri Upacara Nangluk Merana di Pura Pesamuan Agung

Next Post

Tiga Pejabat Ini Dinyatakan Lolos Seleksi Jabatan Sekda Provinsi Bali

Next Post
Tiga Pejabat Ini Dinyatakan Lolos Seleksi Jabatan Sekda Provinsi Bali

Tiga Pejabat Ini Dinyatakan Lolos Seleksi Jabatan Sekda Provinsi Bali

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

3 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

3 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

3 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

3 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In