I Gede Agus Widiyatmika. (foto:istimewa)
Suarabali.co.id – I Gede Agus Widiyatmika, atau yang akrab dipanggil Ode, adalah sosok inspiratif yang pada bulan Oktober ini genap berusia 35 tahun. Dia dipercaya menjadi Kepala Dusun di Desa Tegal Kerta, dengan tanggung jawab mengelola 300 Kepala Keluarga (KK) di wilayahnya. Ode memikul tugas yang tidak ringan, namun perjalanan karirnya penuh dengan pelajaran berharga.
Karir Ode dimulai di dunia perhotelan pada tahun 2008 hingga 2016, yang sejalan dengan latar belakang pendidikan yang ia tempuh. Meski begitu, jalur kariernya tidak selalu mulus. Ode aktif dalam organisasi kepemudaan di Bali selama lima tahun, yang memberinya dasar untuk mengambil langkah ke bidang baru. Pada tahun 2017, ketika ada posisi Kepala Dusun yang kosong karena pensiun, Ode memberanikan diri untuk melamar meski saat itu masih bekerja di Indomaret dan menjalankan usaha toko kelontong.
Menjadi Kepala Dusun bukanlah cita-cita awalnya. Ia tidak pernah membayangkan akan menekuni pekerjaan yang penuh dengan keluhan dan masalah masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, Ode belajar untuk tetap teguh dalam menjalani tugas ini. Hingga kini, sudah tujuh tahun ia mengabdi sebagai Kepala Dusun. Dengan aturan pemerintah yang menetapkan usia pensiun pada 60 tahun, Ode masih memiliki 25 tahun lagi untuk melanjutkan pengabdiannya.
Ketika ditanya mengenai masa depannya, Ode menyatakan ketertarikannya pada dunia politik. Namun, saat ini, ia lebih memilih fokus pada tugasnya sebagai Kepala Dusun, mengayomi masyarakat, dan menangani 300 KK di bawah kepemimpinannya. Kehadirannya semakin penting dengan adanya pendatang di wilayah kos dan kontrakan, yang memperkaya interaksinya dengan beragam karakter masyarakat.
Dalam menjalani tugasnya, Ode mengalami suka duka yang beragam. Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika harus menanggulangi pandemi COVID-19. Ode dengan hati-hati berhasil menyalurkan bantuan sembako dari dana CSR kepada masyarakatnya. Upayanya ini diakui tidak hanya oleh warga desa, tetapi juga oleh masyarakat desa-desa tetangga. Ode juga pernah menghadapi situasi serius ketika seorang teroris tinggal di wilayahnya. Dengan bekerja sama dengan pihak berwenang, ia mampu menangani situasi tersebut tanpa menimbulkan kepanikan.
Namun, tidak semua situasi dapat diprediksi. Baru-baru ini, Ode dikejutkan dengan penangkapan seorang pengedar narkoba yang tinggal di salah satu kos di wilayahnya. Kejadian ini menjadi pelajaran penting baginya untuk lebih aktif berkoordinasi dengan pemilik kos agar selalu melaporkan siapa saja yang tinggal di wilayah tersebut, demi mencegah masalah serupa di masa mendatang.
Kisah Ode adalah potret nyata dedikasi seorang pemuda yang dipercaya memikul tanggung jawab besar. Bagi Ode, menjadi Kepala Dusun bukan hanya pekerjaan, melainkan panggilan jiwa untuk melayani masyarakat dengan tulus. Meskipun ia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan antara tanggung jawab keluarga dan pekerjaan, ia menerima hal ini sebagai bagian dari “ngayah” — konsep dalam budaya Bali yang berarti bekerja tanpa pamrih demi kepentingan bersama. Ode telah menemukan makna pengabdian dalam peran yang ia jalani, dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. (mahendra)