Denpasar, suarabali.com – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) menyatakan keheranannya terhadap orang Indonesia yang mampu memakan seluruh jenis narkotika. Di Indonesia, saat ini sudah ditemukan 28 narkoba jenis baru.
“Orang Indonesia menjadi bangsa pemakan segala jenis narkoba. Saya heran benar dengan bangsa ini. Narkoba sintetis (PCC), lem, dan sebagainya bisa dikonsumis. Dimana kesalahan kita,” ujar Buwas dalam acara penanda-tanganan MoU atau Kesepakatan Bersama Stop Narkoba antara BNN dengan Pemprov Bali dan Polda Bali di Puri Tegal, Denpasar, Kamis (14/12/2017).
Buwas menjelaskan, BNN berhasil menyita 90 ton narkoba pada tahun 2017. “Ini sangat memprihatinkan. Saya yakin, narkoba yang disita itu jumlahnya tidak ada apa-apanya dengan jumlah narkoba yang beredar di Indonesia saat ini. Makanya, Presiden secara tegas memerangi narkoba,” ujarnya.
Selain itu, ada 72 jaringan narkoba internasional yang sedang berusaha mempertahankan pangsa pasar dengan memberikan informasi yang salah. Ke-72 jaringan internasional mendanai rehabilitasi para pecandu narkoba dan sengaja tidak dihukum. Jumlah narkoba yang ditangkap tidak sebanding dengan narkoba yang lolos. Tahun 2016, narkoba yang masuk jenis sabu sebanyak 250 ton dari Tiongkok.
Menurut Buwas, saat ini bangsa Indonesia terancam kehilangan generasi akibat bahaya narkoba. Bahkan 20 tahun kedepan, kata dia, Indonesia akan kehilangan generasi akibat gaya hidup yang dikendalikan oleh narkoba. Berkembangnya bisnis narkoba di Indonesia, karena banyaknya petugas yang terlibat dalam bisnis haram tersebut.
Data BNN menunjukkan semua jenis narkoba di dunia sudah ada di Indonesia. Sementara hasil survei menunjukkan, 6,4 juta jiwa masyarakat Indonesia adalah pengguna narkoba. Namun, hasil survei ini bisa saja meningkat 10 kali lipat. “Ada 11 negara yang mengirim narkoba ke Indonesia, dan dikendalikan oleh 72 jaringan internasional,” ujarnya.
Untuk mengentaskan narkoba, kata dia, harus ada upaya nyata yang melibatkan semua pihak. “Saya mengimbau agar perang terhadap narkoba tidak hanya tugas BNN, melainkan semua pihak,” ujarnya.
Menurut dia, jumlah anggota BNN tidak cukup untuk mencegah peredaran gelap narkoba. Selain itu, anggaran yang dialokasikan juga hanya sedikit. “Bali menjadi pesaing bisnis pariwisata negara lainnya. Maka, Bali dihancurkan dengan narkoba. Jika kita lost generasi, terus Bali kedepan mau jadi apa,” ujarnya.
Dia menyebutkan semua institusi tidak luput dari bahaya narkoba, termasuk institusi TNI, Polisi, BNN, pengacara, hakim, dan jaksa. “Sasaran baru sekarang anak TK, SD, dan SMP. Itu karena lemahnya hukum kita di Indonesia. Karena anak anak tak tersentuh hukum,” ujarnya. (Ade/Sir)