Buleleng, suarabali.com – Kemiskinan tak membuat Ketut Mas Sumadi putus asa menjalani hidup. Pria berusia 39 tahun ini tetap berusaha menafkahi istri dan tiga anaknya, meskipun mereka tinggal di rumah tak layak huni di Banjar Kaja Kauh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali.
Sumadi tinggal bersama istrinya, Luh Serki (35) dan tiga buah hatinya: Kadek Anggara Natha (11), Komang Rudiasa (6), dan Ketut Ani Ningsih (3). Sedangkan anak sulungnya, Gede Ariaba (13) yang sudah putus sekolah sedang bekerja di wilayah Tabanan sebagai buruh pasir.
Dinding rumah yang ditempati keluarga Sumadi terbuat dari bata mentah yang kondisinya sudah rapuh. Atapnya terbuat dari seng yang juga sudah karatan dan berlubang. Bahkan, ketika hujan turun, mereka menggunakan terpal untuk berteduh. Daun pintu dan jendelanya sulit dibuka, karena sudah lapuk dimakan rayap. Bagian dalam rumahnya pun berbau apek.
Yang lebih memprihatinkan, tidak ada kamar mandi di bangunan rumahnya itu. Semua kebutuhan untuk memasak, mandi, cuci pakaian, hingga kebutuhan buang hajat, dilakukan di saluran irigasi dekat rumah Sumadi.
“Bapak (Suamadi) sedang tidak ada di rumah. Dia lagi keluar ada keperluan. Di rumah hanya berempat saja, kalau Gede (anak pertama) kerja jadi buruh di Tabanan,” ujar Luh Serki saat tim yang diutus Gubernur Bali Made Mangku Pasti berkunjung ke rumahnya, Rabu (28/2/2018). Saat itu, tim didampingi Kepala Urusan (Kaur) Keuangan Desa Sudaji, I Made Mas Santika Putra.
Menurut Serki, rumah yang ditempati keluarganya saat ini terdapat dua kamar. Satu kamar untuk keluarganya, sedangkan satu kamar lagi untuk adik iparnya (adik sulung Sumadi). Rumah tersebut merupakan warisan dari orangtua Sumadi. Di samping rumah Sumadi yang masih dalam satu pekarangan, tinggal kedua adiknya juga.
“Kalau yang di samping-samping ini, ditinggali saudara dari suami saya. rumah yang saya tinggali ini merupakan warisan dari orangtua suami,” kata Serki.
Lebih lanjut, Serki mengatakan suaminya bekerja sebagai buruh serabutan. Sementara Serki sendiri fokus mengasuh anak-anak, sehingga penghasilan yang mereka dapat tidak menentu. Keterbatasan pendapatan itu membuat keluarga Sumadi pasrah dengan kondisi tempat tinggalnya. Dia memilih membiarkan rumahnya rusak dimakan waktu, karena tak ada biaya untuk merenovasinya.
“Ya, semoga saya dapat bantuan rehab atau Bedah Rumah dari pemerintah agar keluarga saya bisa tidur tenang dan hanya memikirkan mencari kerja untuk menghidupi kebutuhan sehari-harinya dan sekolah anak,” imbuh Serki.
Sementara Kepala Urusan (Kaur) Keuangan Desa Sudaji, I Made Mas Santika Putra, mengatakan keluarga Sumadi memang tercatat sebagai keluarga kurang mampu di wilayahnya. Nama Sumadi sudah tercatat dalam Basis Data Terpadu (BDT) yang diterbitkan Dinas Sosial Buleleng serta terdaftar sebagai keluarga miskin dalam basis data pemerintah.
Menurut Santika, keluarga Sumadi telah memegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang di dalamnya terdapat Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Khusus untuk bantuan rumah, Santika menyebut keluarga Sumadi akan mendapat bantuan rehab rumah pada tahu 2018 ini.
“Kami sudah usulkan tahun lalu. Informasinya tahun ini akan direalisasikan. Bantuannya itu berupa rehab, nanti akan kita coba usulkan untuk bantuan bedah rumah kalau tanah yang ditempati memungkinkan,” kata Santika.
Santika juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali yang telah memberikan perhatian khusus kepada salah satu warganya. Santika berharap agar pemerintah terus memperhatikan warga lainnya yang kurang mampu. Program Pemprov Bali dalam pengentasan kemiskinan, menurut dia, bisa terus dilanjutkan.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Pastika melalui tim yang diutus menyerahkan sejumlah uang kepada keluarga Sumadi untuk membeli keperluan sehari-hari. (Sir)