Jogyakarta, suarabli.com – Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian mengatakan keberagaman suku, bahasa, adat, budaya, dan agama di Indonesia harus dikelola dengan baik. Jika tidak, keberagaman itu justru menjadi awal dari perpecahan.
Kapolri menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam seminar nasional untuk merayakan Dies Natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa (19/12/2017).
Jenderal Tito mengatakan Indonesia masih bersatu hingga saat ini, karena semangat Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945. Selama 72 tahun Indonesia berdiri, sampai sekarang masih survive.
Untuk mengawasi konflik, menurut Kapolri, harus meminimalkan potensi-potensi yang muncul. Makin banyak perbedaan makin besar potensi konflik. “Karunia Tuhan yang terbesar kepada bangsa ini adalah selama 72 tahun, kita tetap menjadi bangsa yang utuh,” terang Kapolri.
Kapolri menambahkan, potensi konflik di Asia Tenggara relatif kecil. Lebih kecil dibandingkan dengan ketegangan yang terjadi di Semanjung Korea, Afganistan dengan tetanggganya, serta konflik di Timur Tengah akhir-akhir ini. Asia Tenggara adalah region yang sangat aman dibanding region yang lain. Karena ada organisasi ASEAN di kawasan ini.
Jenderal Tito menambahkan, tantangan saat ini menyangkut potensi gangguan kamtibmas, antara lain, munculnya potensi konflik sosial, peredaran narkotika yang sangat tinggi, serta terorisme dan radikalisme.
“Di dalam ruang demokrasi yang sekarang, saya melihat, kalau seandainya freedom (kebebasan) yang kita buka (jalankan) saat ini akan menjadi kontra-produktif. Kita bersyukur Bapak Presiden telah membentuk unit kerja Pancasila, yang ke depan akan dibesarkan menjadi setingkat menteri. Di samping itu, melalui Perpu Ormas (yang baru disahkan saat ini), jika ada ormas yang menyimpang dari ideologi Pancasila, maka harus mendapat punishmen (hukuman),” tegas Kapolri. (Sir)