Denpasar, suarabali.com – Bali itu ikon pariwisata Indonesia. Apapun yang menimpa Pulau Dewata ini pasti berdampak panjang terhadap industri pariwisata. Dampaknya tak hanya terasa di Bali, tetapi Indonesia pada umumnya. Sebab, mayoritas wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia melalui Bali. Itu sebabnya, semua elemen bangsa harus bekerja sama menjaga kondusifitas Bali.
Meminjam istilah yang disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Gunung Agung ‘batuk’ saja sudah menjadi perhatian dunia. Media-media asing pun ramai-ramai memberitakan bahwa Bali tidak aman. Ironisnya, tanpa melalui verifikasi informasi yang akurat, baberapa pemerintah negara lain seolah latah mengeluarkan travel warning bagi warganya. Ujung-ujungnya, industri pariwisata Bali terpuruk akibat berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan.
Tindakan Gubernur Pastika mengumpulkan 34 konsul jenderal (Konjen) yang ada di Bali merupakan langkah yang tepat. Para Konjen negara-negara sahabat itu memang seharusnya mendapat informasi yang benar tentang kondisi Bali yang saat ini aman dikunjungi wisatawan. Dengan begitu, para Konjen diharapkan mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah masig-masing agar mencabut status travel warning ke Bali.
Memulihkan industri pariwisata Bali ke kondisi normal bukan tanggung jawab pemerintah semata. Semua pihak, terutama para pelaku usaha pariwisata, wajib hukumnya ambil bagian untuk mengampanyekan secara global tentang kondisi Bali yang kondusif. Sebab, jika Bali kembali pada situasi normal, maka para pelaku industri pariwisata yang lebih dulu diuntungkan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memulihkan pariwisata Bali. Satu di antaranya, seruan Gubernur Pastika yang mengajak para pengusaha event organizer (EO) di Bali untuk mengadakan event bertaraf internasional di Bali. Tujuannya sederhana. Merangsang kedatangan turis dari berbagai penjuru dunia.
Selain itu, ada juga kampanye berbiaya murah. Seperti gagasan Gubernur Pastika yang mengajak para pelaku usaha pariwisata foto selfie bareng-bareng dengan latar belakang Gunung Agung. Lalu, foto-foto tersebut diunggah di berbagai media sosial agar menjadi viral. Murah kan…?
Intinya, jangan hanya mengeluh. Banyak yang bisa dilakukan untuk memulihkan industri pariwisata Bali. Yang penting, ada niat yang direalisasikan dengan tindakan nyata. (Sir)