Salah satu papan aturan di Pantai Gapang, Sabang, Aceh, berisi larangan bagi para turis untuk mematuhi norma setempat. (foto : Dok)
Suarabali.co.id – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya dan adat istiadat unik di setiap daerah. Setiap wilayah memiliki tradisi, norma, dan nilai-nilai khas yang menjadi bagian dari identitas lokal, yang tidak seragam di seluruh kepulauan. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia, dihargai baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Belakangan ini, muncul kembali perbincangan tentang penerapan “wisata halal” di Bali. Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati atau dikenal juga sebagai Ni Luh Puspa, yang berasal dari Bali, membahas isu tersebut dan menyebutkan bahwa rencana wisata halal ini akan berlanjut. Pernyataan tersebut menimbulkan reaksi kuat di media sosial, mengingat Bali adalah daerah mayoritas Hindu dengan adat istiadat dan budaya yang khas. Tak lama setelahnya, Ni Luh mengklarifikasi pernyataannya dan meminta maaf kepada publik, menyadari bahwa isu ini menyentuh sensitivitas budaya Bali.
Hendra, seorang pria yang menikah dengan perempuan Bali dan telah menetap di pulau ini, berbagi perspektifnya tentang perbedaan norma di berbagai daerah. Ia mengisahkan pengalamannya pada tahun 2015 ketika berkunjung ke Pulau Sabang, Aceh, dan mendapati aturan ketat yang melarang penggunaan bikini atau pakaian minim di Pantai Gapang. Menurut Hendra, aturan tersebut sejalan dengan norma dan adat setempat di Aceh, yang merupakan daerah mayoritas Muslim. Baginya, para wisatawan perlu menghormati aturan lokal, karena adat istiadat adalah cerminan identitas budaya masyarakat setempat.
Hendra juga menegaskan pentingnya penghormatan terhadap adat di Bali, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Bagi masyarakat Bali, adat dan budaya memainkan peran penting dalam menjaga harmoni antara alam, manusia, dan kepercayaan mereka. “Saat kita berada di suatu tempat, sebagai tamu seharusnya kita menghormati budaya dan adat yang ada, bukan memaksakan norma dari luar,” ungkap Hendra.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Bali terus berupaya menjaga tradisi dan budayanya yang khas. Sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di dunia, Bali menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan antara membuka pintu bagi wisatawan dan mempertahankan keunikan budayanya. Masyarakat Bali berharap agar ke depannya, kebijakan wisata akan semakin mempertimbangkan sensitivitas budaya setempat, sehingga identitas Bali sebagai pulau yang unik tetap lestari. (mahendra)