DENPASAR, suarabali.co.id – Provinsi Bali mencatat inflasi sebesar 2,34% sepanjang 2024 (yoy), menurun dibanding Desember 2024 yang mencapai 2,77%. Secara bulanan (mtm), inflasi Desember tercatat di level 0,31%, lebih rendah dari November sebesar 0,50%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali, Erwin Soeriadimadja, menyebut inflasi yang terjaga ini didukung oleh upaya pemerintah dalam mengendalikan kenaikan harga barang dan jasa menjelang Natal dan Tahun Baru.
> “Inflasi yang terjaga didukung kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID),” ujar Erwin.
Inflasi Berdasarkan Kota
Denpasar: 0,19% (mtm) atau 2,69% (yoy)
Badung: 0,37% (mtm) atau 1,98% (yoy)
Tabanan: 0,49% (mtm) atau 2,44% (yoy)
Singaraja: 0,32% (mtm) atau 1,93% (yoy)
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi. Beberapa komoditas penyebab inflasi Desember 2024 meliputi bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sawi hijau.
Namun, penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, daging ayam ras, kangkung, dan beras menahan laju inflasi lebih lanjut. Penurunan tarif angkutan udara dipengaruhi kebijakan pengurangan harga tiket pesawat sebesar 10%.
Risiko dan Mitigasi Inflasi
Erwin mengingatkan adanya risiko inflasi pada Januari 2025, seperti:
1. Kenaikan permintaan menjelang libur panjang.
2. Kenaikan harga hortikultura akibat berakhirnya panen dan faktor cuaca.
3. Tren kenaikan harga emas perhiasan.
4. Kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).
Upaya mitigasi risiko inflasi meliputi:
Perluasan areal tanam padi (90,09% target Kementerian Pertanian).
Penguatan pasokan beras.
Kebijakan diskon tarif listrik.
Penurunan harga tiket pesawat.
Langkah Strategis TPID
Operasi pasar dan pasar murah.
Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten).
Penguatan pengawasan stok dan distribusi cadangan pangan.
Penyebaran informasi pasar murah.
Edukasi masyarakat untuk belanja bijak.
Penguatan data neraca pangan daerah dan pusat.
> “Bank Indonesia optimis inflasi Bali pada 2025 akan terkendali dalam kisaran target nasional 2,5% ±1%,” tutup Erwin.