Pelaksanaan fogging di wilayah Kota Denpasar .
Denpasar, suarabali.co.id – Kasus demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami oeningkatan.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat sejak Januari 2024 sebanyak 369 kasus. Dari data tersebut, sebanyak 3 orang dinyatakan meninggal dunia.
Pada Januari tercatat sebanyak 34 kasus, kemudian Februari 2024 sebanyak 42 kasus. Selanjutnya pada Maret tercatat 122 kasus, serta bulan April berdasarkan data sementara 171 kasus.
Sedangkan untuk dua kasus meninggal meninggal adalah anak-anak dan satu orang adalah ibu melahirkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr AA Ayu Candrawati, Selasa (23/4). Meski demikian, jumlah kasus ini ada penurunan ketimbang tahun 2023 lalu.
Dimana tahun 2023 sejak Januari hingga April terjadi 967 kasus dengan rincian Januari 296 kasus, Februari 255 kasus, dan Maret 230 kasus, dan April 186 kasus.
Ayu Candrawati mengatakan, pihaknya pun melakukan berbagai langkah untuk menekan kasus DBD ini. Pihaknya menggencarkan pelaksanaan fogging fokus untuk menekan kasus DBD.
Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk juga tetap dilakukan.
Pihaknya tetap mengedukasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara konsisten.
Disamping itu, para jumantik juga tetap melakukan kunjungan rumah untuk ikut memantau jentik dan sekaligus mengedukasi masyarakat.
“Kami juga melakukan fogging massal (ULV), dan sudah dilaksanakan mulai pertengahan Februari 2024 selama 1 bulan di lingkungan Kota Denpasar,” katanya, dikutip dari tribunbaki.com.
Fogging fokus ini dilaksanakan sesuai indikasi yaitu adanya kasus dan ditemukan jentik saat PE (Pemantauan Epidemiologi) di lokasi adanya kasus.
“Akan tetapi masyarakat tetap diedukasi agar melaksanakan PSN, oleh karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa.
Kalau tetap ada jentik di tempat penampungan air atau genangan air, seminggu lagi akan berubah menjadi nyamuk dewasa, dan siap menyebarkan penyakit DBD dan begitu seterusnya,” katanya.
Dan pihaknya mengatakan, jangan sampai dilakukan fogging setiap minggu, karena disamping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan.
“Untuk itu, peran masyarakat tetap diharapkan untuk mandiri PSN di lingkungan masing-masing,” katanya. (*)