Karangasem, suarabali.com – Gunung Agung masuk dalam level Siaga menghadapi bergeliatnya gunung tertingi di Bali. TRC BPBD juga menemukan 11 titik api, di hotspot lereng gunung.
Kepulan asap dari 11 titik api membuat kesulitan memantau tanda-tanda adanya abu vulkanik di puncak kawah Gunung Agung. Selain kepulan asap, kebakaran hutan di lereng Gunung Agung ini juga memicu ‘hujan abu’.
Masyarakat sempat panik karena hujan abu tersebut. Pada Selasa (19/9) pukul 03.00 WITA dini hari, masyarakat di lingkungan Sebudi, Menanga, dan Rendang dilandak kecemasan. Mereka akhirnya mengungsi didua titik yaitu Polres Klungkung dan Menanga, Rendang.
Hanya saja isu soal hujan abu vulkanik dari kawah Gunung Agung ini, dibantah oleh Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ia memastikan bahwa abu yang membuat warga panik tersebut berasal dari kebakaran di lereng Gunung Agung.
“Secara visual terlihat jelas dan tidak ada asap ke luar dari kawah. Kalau ada abu, kemungkinan itu adalah material abu dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sekitar Gunung Agung,” ucapnya. Rabu (20/09/2017)
Ia menambahkan, sejak Senin malam beredar informasi terjadi hujan abu dari Gunung Agung. Faktanya menurut laporan PVMBG dan pantuan visual dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, belum terjadi hujan abu.
“Gunung Agung belum meletus dan tidak mengeluarkan hujan abu,” tegas Purwo Nugroho.
Selain itu Nugroho, mengatakan bahwa, analisis dari pantauan satelit Himawari dari BMKG juga menunjukkan bahwa belum terdeteksi adanya hujan abu di sekitar Gunung Agung. “Terdeteksi anomali suhu di kawah akibat aktivitas Gunung Agung. Namun tidak ada hembusan abu dan sebaran abu yang ke luar dari kawah,” ujarnya
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Kasbani menyebutkan bahwa aktifitas vulkanik Gunung Agung terus mengalami peningkatan. Trend ini berdasarkan pantauan dari pos penjagaan di Desa Rendang dalam 3 hari terakhir.
Aktifitas kegempaan trennya terus naik tiap 24 jam, kemarin 400 kali, sehari sebelumnya 135 kali, untuk hari ini masih terus dipantau. Tapi trendnya terus meningkat,” kata Kasbani. Namun, peningkatan trend kegempaan ini belum sampai pada kesimpulan PVMG menaikan status Gunung Agung dari ‘siaga’ menjadi ‘awas’.
Kasbani menuturkankan walau puncak Gunung Agung tertutup awan tidak mempengaruhi pemantauan aktifitas Gunung Agung. “Tidak mempengaruhi selama sensor berjalan, masih bisa, kecuali kalau alat rusak,” kata Kasbani. (MKF)