Suarabali.co.id – Bali, sebuah pulau yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya, terus menarik perhatian wisatawan mancanegara. Namun, fenomena bule yang datang ke Bali kini tidak lagi hanya sebatas turis. Beberapa dari mereka memilih menetap, berinvestasi, hingga menjalankan gaya hidup yang menyerupai masyarakat lokal, bahkan ada yang bekerja secara ilegal untuk bertahan hidup.
Pemandangan seperti seorang bule yang menunggu pesanan nasi goreng di warung tradisional di Ungasan, Bali, kini menjadi hal yang biasa. “Ini bukan sesuatu yang aneh lagi. Banyak bule sekarang lebih memilih hidup sederhana, bahkan ada yang bekerja serabutan atau membuka usaha kecil-kecilan,” ungkap salah seorang pemilik warung yang tidak ingin disebutkan namanya.
Selain itu, jumlah bule yang datang ke Bali dengan tujuan investasi juga meningkat. Mereka berinvestasi di sektor pariwisata, properti, hingga kuliner. Di sisi lain, ada juga yang menghadapi kesulitan finansial dan harus bertahan dengan pekerjaan informal, yang sering kali melanggar izin kerja.
Fenomena ini menunjukkan perubahan dinamika masyarakat di Bali, di mana bule yang hidup seperti masyarakat lokal semakin banyak terlihat. Tidak hanya menjadi bagian dari komunitas, tetapi juga membawa tantangan baru terkait regulasi tenaga kerja dan kehidupan sosial-ekonomi di Bali.
Pemerintah Bali diharapkan bisa lebih memperketat pengawasan terhadap izin tinggal dan bekerja agar keseimbangan antara kepentingan lokal dan mancanegara tetap terjaga. Fenomena ini menjadi refleksi akan perubahan tren globalisasi yang kian mengakar hingga ke tingkat lokal. (dra)