Denpasar, Suara Bali.com-Kementerian Pariwisata akan menghidupkan kembali “Crisis Center Pariwisata” yang selama 8 tahun terakhir vakuum. Nantinya, Crisis Center tersebut sebagai ujung tombak pemerintah terhadap kondisi terkini pariwisata di Indonesia.
“Pada dasarnya Crisis Center ini memberikan rasa nyaman dan rasa optimisme pada wisatawan. Apa yang menjadi konsen di daerah itu menjadi konsen kami di Kementrian,” kata Piar Crisis Center Kementrian Pariwisata Erfik Ari Susanto ditemui di Denpasar, Sabtu, 23 Januari 2016.
Untuk di Bali, Kementrian yang dipimpin oleh Arif Yahya itu juga merespon keadaan dan kendala pariwisata lainnya. Misalnya persoalan sampah, kemacetan, dan krisis air, dan fasilitas penunjang lainnya. Mengingat Bali masuk dalam peringkat dua sebagai pulau terindah di dunia.
“Misalnya seperti yang masih jadi pembicaraan kesiapan destinasi wisata yakni soal Mandi, Cuci, Kakus (MCK). Itu memang salah satu problem, tetapi sekarang sudah mulai ada kesadaran. Bahkan sudah mulai ada komitmen dari Pemda. Kalau di Bali juga menjadi konsen kami, siapa yang tak tahu Bali. Di Bali juga banyak Hotel Berbintang, tapi begitu wisataan keluar dari hotel, mereka agak problem,” ujarnya.
Ia juga berharap dan berpesan kepada seluruh masyarakat khususnya di Bali, agar ikut menjaga Bali yang sangat terkenal dengan destinasinya wisatanya itu. “Saya kira kalau Bali karena masyarakatnya sudah punya satu pemahaman yang sama, jadi lebih mudah semuanya misalnya soal sampah, kemacetan, dan sebagainya,” jelasnya.
Untuk saat ini, Kementrian Pariwisata memang memprioritaskan dan me datangi destinasi pariwisata unggulan di Indonesia, salah satunya Bali. (SB)