Denpasar, suarabali.com – Banyak orang mengindentikkan gulma sebagai tumbuhan pengganggu yang menjadi musuh petani. Sebab, gulma mampu merusak keadaan ekosistem di sekitarnya.
Eceng gondok merupakan salah satu gulma yang mampu merusak alam. Daunnya yang lebar menyebabkan cahaya terhalang masuk ke dalam perairan dan menurunkan kelarutan oksigen dalam air, sehingga mengganggu kehidupan ikan-ikan. Selain itu, eceng gondok yang mati dan tenggelam akan mempercepat pendangkalan perairan di sekitarnya.
Bagi orang awam, boleh jadi eceng gondok dianggap sebagai tumbuhan yang membawa petaka. Namun, bagi orang-orang kreatif di Bali, eceng gondok menjadi tumbuhan yang menghasilkan uang. Orang-orang kreatif ini justru mengolah gulma menjadi beragam bentuk handycraft.
Harga hasil kerajinan tangan itu juga terbilang wow. Menariknya, pasar handycraft yang terbuat dari eceng gondok itu pun tidak terbatas di dalam negeri, tetapi sudah menembus pasar mancanegara alias ekspor.
Thailand menjadi salah satu negara yang banyak mengimpor kerajinan eceng gondok dari Bali. Para pedagang kerajinan di Negeri Gajah Putih itu mengimpor kerajinan eceng gondok dari Bali dalam berbagai jenis dan model, seperti topi tenis, tas, tempat pakaian, dompet, dan karpet pandan. Jika dirupiahkan, nilai mencapai Rp 322.785.000.
Roji’in, petugas karantina Denpasar, melakukan pemeriksaan fisik dan fumigasi terhadap komoditas ekspor tujuan Thailand ini, Senin (19/2/2018). Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan komoditas ini bebas dari serangga hidup dan menjamin kualitas produknya.
“Selain itu, untuk mencegah penyebaran serangga, memberikan jaminan kualitas produk yang bagus, sehingga ekspor kita bisa berjalan secara berkesinambungan,” kata Roji’un. (Sir)