Denpasar, suarabali.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Adi Nugroho mengatakan pertumbuhan ekonomi Bali pada 2017 hanya tumbuh 5,59 persen. Angka tersebut menurun 0,73 persen dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2016 yang mencapai 6,32 persen.
Dari sisi produksi, menurut dia, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makakan minuman, yakni sebesar 9,25 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi tertinggi masih disumbang komponen rumah tangga sebesar 46,36 persen, yang pada tahun ini tumbuh sebesar 5,59 persen.
“Salah satu pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi ini akibat status ‘awas’ Gunung Agung. Meskipun masih naik, tapi pertumbuhannya melambat,” kata Adi Nugroho di Denpasar, Senin (5/2/2018).
Dia menerangkan, perekonomian Bali pada 2017 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 215,36 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp 144,96 triliun.
“Dengan proyeksi penduduk Bali pada 2017 sebanyak 4,25 juta jiwa. Artinya, PDRB perkapita mencapai Rp 50,71 juta,” paparnya.
Dia mengatakan ekonomi Bali pada triwulan IV 2017 tumbuh negatif bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan negatif didorong oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar -11,73 persen.
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh negatif sebesar -5,33 persen. Selain itu, lapangan usaha penyediaan akomodasi, makanan dan minuman tumbuh negatif sebesar -4,80 persen.
“Dari sisi pengeluaran, konsumsui rumah tangga berkontribusi sebesar 45,62 persen, juga tumbuh negatif 0,07 persen,” ungkapnya.
Sedangkan ekonomi Bali pada triwulan IV 2017 dibandingkan dengan peridode yang sama tahun 2016 (year-on-year) tumbuh sebesar 4,01 persen atau lebih rendah dibanding sebelumnya yang mencapai 6,03 persen.
“Untuk kedepanya, kami tidak bisa memprediksi apakah ekonomi Bali akan tumbuh pesat atau melambat,” pungkasnya. (Dsd/Sir)