Salah satu pagelaran seni berskala Internasional, yang bertajuk “Bhineka Tunggal Ika, dibuka secara resmi dengan pementasan Wayang Wong Sutasoma dengan judul “Purusadha Santha”. Bertempat di Rumah Topeng Wayang Setia Darma, Tegal Bingin, Mas Gianyar (5/8) malam.
Pagelaran yang diprakarsai oleh Sutasoma Organizer tersebut terdiri dari sekelompok perupa yang ingin menyajikan sebuah pertunjukan seni, yang nantinya mengajak pengunjung untuk kembali meresapi nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan negara Indonesia ini.
Seperti yang diketahui, pagelaran seni Bhineka Tunggal Ika merupakan sebuah kolaborasi Seni Pertunjukan dan Pameran Foto, Lontar, Topeng dan Lukisan.
Pagelaran Seni Bhineka Tunggal Ika menampilkan 3 pagelaran tari yaitu Sutasoma, Sunda Upasunda dan Purwa Sandhi Naya. Selain pagelaran tari, dipamerkan pula karya Lontar Sutasoma dari I Wayan Mudita Adnyana serta 17 topeng karya dari Cokorda Raka Sedana, Lukisan dari Nyoman Wijaya dan sebanyak 15 photograper ikut memamerkan karya fotografi hasil dari respon tarian Sutasoma, Sunda Upasunda dan Purwa Sandhi Naya selama latihan dengan tema Bhineka Tunggal Ika.
Prof. I Nyoman Sedana, Ph.D saat di temui disela-sela acara mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi acara tersebut dan sangat mendukung untuk diadakan diwilayah lainnya yangbada di Bali serta di dunia.
“saya sangat bangga berada disini dan jika ini dipraktikkan oleh seluruh pemimpin dunia maka kedamaian akan selalu menyertai, terlebih pesan yang ada di dalam cerita Sutasoma ini adalah Satya, Dharma dan Ahimsa, nah ini adalah konsep menuju kedamaian yang saya rasa ini sangat pas dangan konsep ke Bhineka Tunggal Ika”. Ungkap Prof. I Nyoman Sedana, Ph. D.
Sedana menambahkan, jika rangkaian acara tersebut seharusnya melibatkan delegasi dari PBB. “harusnya acara ini ada delegasi dari PBB karena saya rasa ini sangat berkaitan dwngan perdamaian dunia”. Pungkasnya.
Pagelaran yang diklaim sebagai lahirnya drama tari pewayangan Sutasoma tersebut, dikerjakan dengan apik dan teliti oleh seniman muda yakni I Made Sukadana, I Wayan Purwanto dan I Wayan Jaya Merta dengan menciptakan sebuah koreografi, topeng dan musik yang baru.
Dalam drama ini dikisahkan perjalanan calon Buddha yang dilahirkan kembali sebagai Sutasoma dan juga tercetusnya konsep “Bhineka Tunggal Ika” itu dalam kisah perjalanannya.
Purwanto menjelaskan, pementasan drama tari Sutasoma tersebut diberi judul Purusada Santha, yang diambil dari satu fragmen kisah Sutasoma yang gagas menjadi sebuah drama tari inovatif dan kreatif, dengan menggabungkan tarian, wayang wong, musik tetabuhan, dengan menggunakan 17 topeng baru yang dibuat secara khusus oleh Cokorda Raka Sedana yang mewakili 17 tokoh dalam drama tari pewayangan Sutasoma.
“Pementasan tanggal 5 nanti ini memang ini merupakan proses kelahiran. Kedepannya akan terus kami sempurnakan dan kembangkan”. Tutur I Wayan Purwanto saat ditemui seusai acara.
Selain menandai kelahiran drama tari Sutasoma, pagelaran seni Bhineka Tunggal Ika juga menampilkan dua pertunjukan tari lainnya, yaitu Purwa Sandhi Naya pada tanggal 10 Agustus 2017 dan Sunda Upasunda pada tanggal 12 Agustus 2017.
Dqlam pertunjukan Sutasoma tersebut juga diisi dengan pembacaan lontar oleh Wayan Mudita Adnyana, yang berisi kisah Sutasoma. Untuk diketahui I Wayan Mudita Adnyana merupakan seorang sastrawan/ penulis lontar dari desa Tenganan Pegringsingan.
Di sisi lain, Doddy Obenk salah satu penggagas pagelaran mengungkapkan, jika ide awal dari pagelaran tersebut sudah ada sejak setahun lalu ketika bertemu dengan Mudita.
“Ide ini timbul karena melihat kondisi kegalauan dengan saat ini, kondisi negara saat ini, dan ini sudah tercetus sejak setahun lalu, kemudian ketemulah dengan Pak Mudita yang melihat negara ini seperti jaman kerajaan yang kurang menjalankan toleransi, lalu munculah Sutasoma, nah Sutasoma ini mengajarkan tentang toleransi dengan sesama”. Ungkapnya saat ditemui disela-sela acara.
Pagelaran Seni “Bhineka Tunggal Ika” ini merupakan pagelaran yang berskala internasional yang melibatkan seniman Indonesia dan Mancanegara. Sebuah manifestasi atas kecintaan akan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan visi dan misi memberikan edukasi, entertainment, dan rasa persatuan melalui seni. Pameran karya-karya topeng, lontar, lukisan dan foto dapat dinikmati selama satu bulan penuh yakni dari 5 Agustus hingga 5 September 2017. (AG)