Kuta, suarabali.com – Tanggal 10 November 2017 bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan. Momentum perayaan ini bukan sekedar hadiah yang jatuh dari langit, namun didapat dengan pertempuran besar.
Mengenang peristiwa pertempuran heroik Surabaya pada 10 Nopember, seluruh negeri akan merayakan Hari Pahlawan dengan berbagai cara.
Di Denpasar, Bali, sendiri “Laba-Laba Bar and Grill” di Kuta, juga ikut menyemarakan peringatan hari Pahlawan malam nanti dengan tema khusus “Rock Jamming Event, celebration of the hero day 10 Nopember”. Acara mulai digoyang jam 7.00 malam keatas sampai habis.
Yang melatar belakangi tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan adalah peristiwa pertempuran hebat yang terjadi di Surabaya antara pasukan arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA yang diboncengi Belanda.
Mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) Sumarsono yang juga ikut ambil bagian dalam peperangan pada saat itu mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Momentum peperangan di Surabaya tersebut menjadi dasar sejarah peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer. Dan untuk memobilisasi kepahlawanan secara militeristik, makanya 10 November dijadikan Hari Pahlawan.
Bentrokan tersebut mencapai puncaknya saat pimpinan tentara Inggris untuk daerah Jawa Timur, yakni Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh. Mobil yang dinaiki oleh Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan kelompok milisi dari Indonesia. Karena sebuah kesalahpahaman, akhirnya terjadilah baku tembak yang kemudian membuat Brigadir Jenderal Mallaby tewas.
Kendaraan mobil Brigjen Aubertin Walter Sothern Mallaby ini dilempar granat dengan gagah berani oleh arek Suroboyo membuat dia tewas ditempat disusul dengan tembakan bertubi-tubi dari pasukan arek-arek.
Pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, tentara Inggris melakukan aksi yang disebutnya sebagai ‘Ricklef’ pada pojok pojok kota Surabaya. Pertempuran yang mengerikan pun dibalas dengan pertahanan dari ribuan penduduk kota.
Terdapat sekitar 6000 rakyat Indonesia gugur, serta ribuan penduduk ada yang meninggalkan kota.
Pihak Indonesia menyebut insiden itu sebagai Hari Pahlawan, sementara pihak Inggris mengenang peristiwa itu sebagai ‘Surabaya Inferno’. Mayat Mallaby sendiri akhirnya dimakamkan Menteng Pulo, Jakarta. (Hsg)