Badung, Suarabali.com – Sampah kiriman kembali menumpuk di kawasan Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung Bali. Menumpuknya sampah di Pantai Kedonganan ini, bisa dilihat di samping dermaga Kedonganan atau yang tidak jauh dari pasar ikan dan tempat parkir perahu nelayan.
Sampah plastik dan aneka batang jenis kayu, terus berdatangan sejak musim angin barat yang sudah terjadi pada bulan November 2017 lalu. Kendati selalu dibersihkan keesokan harinya, sampah kiriman kembali datang dan membuat pemandangan di Pantai Kedonganan semakin kumuh.
Jika kebanyakan orang melihat sampah adalah hal yang mengganggu. Iswayudi (29) salah nelayan di Kedonganan melihatnya berbeda. Ia mendapat berkah dari bayaknya jenis batang kayu yang terdampar di pantai. Pria yang sudah 13 tahun menjadi nelayan itu dengan alat gergaji memotong batang kayu untuk dijadikan tempat mesin di perahunya.
“Iya ini berkah di atas sampah, ini kayu jati buat saya jadikan tempat mesin di perahu saya. Sudah 10 batang kayu yang saya dapatkan buat bahan di perahu, jika ada yang rusak bisa saya servis atau diganti dengan kayu ini,” ucapnya. Selasa (30/1/2018).
Menurut Iswayudi, datangnya batang-batang kayu ini memang sampah kiriman dari wilayah sekitar Bali, atau dari Jawa. Jenis kayu yang ia temuakan beraneka ragam. Mulai kayu Bayur, Mahoni, Banpet, Kelapa dan jati.
“Kita mengambil kayu yang kuat saja buat servis perahu. Apalagi musim hujan seperti ini, sungai banjir hingga sampahnya terhanyut ke laut, yang saya tau dari Tabanan dan Jawa sampah itu,” jelas Pria asal Desa Pabrian, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi Jawa Timur ini.
Tak hanya nelayan setempat yang mendapat berkah dari sampah itu. Pria tua renta, yakni Samad (60) seorang pemulung sampah plastik juga mendapat manfaat dari menumpuknya sampah plastik. Saban hari, dengan membawa karung ukuran besar, Samad dengan sabar memilah botol, dan gelas plastik di bawah teriknya matahari yang menyengat.
“Sudah satu bulan, saya memulung sampah di pantai ini. Kadang dapat 50 kilogram, kadang juga 20 kilogram per harinya. Tergantung saya rajin atau tidaknya. Kalau malas kerja iya 20 kilogram, dapatnya,” ujarnya sambil tertawa.
Samad yang sudah 8 tahun bekerja sebagai pemulung, merasa sedikit terbantu dengan kiriman sampah plastik ini. Biasanya jika tak ada sampah plastik, ia harus berkeliling Desa dengan gerobak kayunya mencari sampah plastik.
“Lumayan dalam sehari, bisa dapat Rp 100 ribu, dari hasil sampah plastik ini. Kalau sampah plastik yang saya bersihkan dan saya cuci, per kilogram Rp 20 ribu. Namun kalau kotor dan tidak bersih itu Rp 7 ribu per kilo. Adalah buat tambahan biaya hidup,” ujar pria asal Desa Sokerejo, Kecamatan Bangsal Sari. Jember Jawa Timur ini.(mkf)